Pages

Rabu, 21 Februari 2018

Cerhik Jangan Sombong

Pada suatu hari sepasang suami isteri kaya sedang makan bersama di rumahnya. Tiba-tiba pintu rumahnya diketuk seorang pengemis. Melihat keadaan pengemis itu, si isteri merasa terharu dan dia bermaksud hendak memberikan sesuatu.

Tetapi sebelumnya sebagai seorang wanita yang patuh kepada suaminya, dia meminta izin terlebih dahulu kepada suaminya, "Suamiku, bolehkah aku memberi makanan kepada pengemis itu ?".

Rupanya suaminya memiliki karakter berbeda dengan wanita itu. Dengan suara lantang dan kasar dia menjawab, "Tidak usah! usir saja dia, dan tutup kembali pintunya!" Si isteri terpaksa tidak memberikan apa-apa kepada pengemis tadi sehingga dia berlalu dengan kecewa.

Hari demi hari berlalu, perdagangan lelaki itu jatuh bangkrut. Kekayaannya habis dan ia menderita banyak hutang. Selain itu, karena ketidakcocokan sifat dengan isterinya, rumah tangganya menjadi berantakan sehingga terjadilah perceraian.

Tidak lama sesudahnya bekas isteri yang bangkrut itu menikah lagi dengan seorang pedagang kaya dikota dan hidup berbahagia. Pada suatu ketika wanita itu sedang makan dengan suaminya (yang baru), tiba-tiba ia mendengar pintu rumahnya diketuk seseorang. Setelah pintunya dibuka ternyata tamu tak diundang itu adalah seorang pengemis yang sangat mengharukan hati wanita itu. Maka wanita itu berkata kepada suaminya, "Wahai suamiku, bolehkah aku memberikan sesuatu kepada pengemis ini?". Suaminya menjawab, "Berikanlah makan  pengemis itu dengan daging ayam seperti yg kita makan!".

Setelah memberi makanan kepada pengemis itu isterinya masuk kedalam rumah sambil menangis. Suaminya dengan perasaan heran bertanya kepadanya, "Mengapa engkau menangis? apakah karena aku menyuruhmu memberikan daging ayam kepada pengemis itu?".

Wanita itu menggeleng halus, lalu berkata dengan nada sedih, "Wahai suamiku, aku sedih dengan perjalanan takdir yang sungguh menakjubkan hatiku. Tahukah engkau siapa pengemis yang ada diluar itu ?............ Dia adalah suamiku yang pertama dulu."

Mendengar keterangan isterinya demikian, sang suami sedikit terkejut, tapi segera ia balik bertanya, "Dan, tahukah engkau siapa aku yang kini menjadi suamimu ini?..................
Aku adalah pengemis yang dulu diusirnya!".

Roda hidup selalu berputar. Anda tidak akan pernah tahu posisi Anda akan diatas atau di bawah.

Cerita ini diambil dari:
"Syarah Ratib Alhaddad'
Karya AlHabib Alawi bin Ahmad bin Hasan bin Abdulloh bin Alawi Al Haddad.

Renungan :
"Jangan Bersikap Sombong ketika berada diATAS apalagi tidak sedang berada diATAS..
Tebarkan perbuatan baik dimana - mana maka anda akan menerima balasannya dengan jalan tak disangka-sangka dan jauh lebih indah"

Salam kebaikan
Muiz Abduh

Rabu, 14 Februari 2018

Attaqwa Mengkaji Yanbu'a - Mengaji Al-Qur'an

Pondok Pesantren Attaqwa Putra, Ujungharapan Babelan Bekasi -- Menggalakan semangat mengaji al-Qur'an bagi kalangan Guru dengan metode Yanbu'a. Hal ini diprakasai oleh Sekjen Pondok (H. Iman Fadhlurrohman, Lc., MA) dengan menugaskan Guru-guru untuk mengkaji metode tersebut dalam kegiatan Diklat Muqri Yanbu'a, Ahad (11/2).

Sebenarnya sebelum kegiatan Diklat diadakan, Guru-guru sudah lebih dahulu diajak mengkaji metode Yanbu'a. Banyak kalangan bertanya (baca alumni) apa itu Yanbu'a? Yanbu'a adalah suatu metode pembelajaran membaca, menulis dan menghafal Al-Qur'an yang disusun sistematis terdiri 7 jilid, cara membacanya langsung tidak mengeja, cepat, tepat, benar dan tidak putus-putus disesuaikan dengan makhorijul huruf dan ilmu tajwid.

Nama Yanbu'a ini sebenarnya diambil dari sebuah nama pesantren yang diasuh oleh KH. M. Arwani Amin. Dimana cikal bakal pesantren ini berawal dari pengajian yang diampu oleh Beliau, yang telah dimulai sejak tahun 1942 di masjid Kenepan. Di Masjid ini beliau menerima para santri yang ingin belajar Al Qur’an baik bin nadhor maupun bil ghoib. Pengajian ini sempat terhenti pada rentang waktu antara tahun 1947 s.d 1957 disebabkan kesibukan beliau menuntut ilmu Thariqoh di pesantren Popongan, Solo.

Setelah tahun 1957 pengajian itu pun kembali berlanjut. Pada tahun 1962, KH. M. Arwani menempati sebuah rumah baru di kelurahan Kajeksan, maka tempat pengajian pun turut dipindahkan tak jauh dari rumah beliau yang baru yaitu di masjid Busyro latif.

Seiring berjalannya waktu, santri yang belajar pada beliau semakin bertambah. Beliau pun berniat untuk mendirikan sebuah pesantren untuk menampung para santri agar mereka bisa lebih mudah dalam belajar. Akhirnya pada tahun 1973 didirikanlah sebuah pesantren Al Qur’an yang diberi nama “Yanbu’ul Qur’an”. Nama Yanbu’ul Qur’an yang berarti mata air (sumber) Al Qur’an dipilih oleh KH. M. Arwani sendiri yang dipetik dari Al Qur’an Surat Al Isra’ ayat 90. Dengan nama tersebut diharapkan Pondok Tahfidz Yanbu'ul Qur'an bisa benar-benar menjadi sumber ilmu Al Qur’an.

Dari sinilah Ustadz Iman (anak pertama dari Abuya KH. Nurul Anwar, Lc) memilih metode baca Al-Qur'an (baca Yanbu'a) yang nantinya akan diterapkan di Pondok Pesantren Attaqwa Putra. Angkatan pertama yang mengikuti program Yanbu'a ini dari kalangan Guru-guru Pondok diantaranya : M. Haril Rosyadi; Anis Abdul Qudus; Abd. Muiz Muhasyim; Nurhasan Dzurjani; Haidir Ali Murais; Akbar Qolbun; M. Sholeh Nijan; Abdul Muiz Mui'in; Kamaluddin Fahsya; Abdul Hafidz. Memang pada angkatan pertama ini tidak banyak Guru yang mengikuti pelatihan program Yanbu'a, akan tetapi berjalan waktu semua Guru akan diwajibkan mengikuti program tersebut.

Semangat mengkaji program Yanbu'a dan mengaji Al-Qur'an dari para Guru sudah terbentuk, perlahan-lahan metode ini diterapkan dikalangan para Santri. Harapan besar timbul dari Pimpinan Umum Pondok Pesantren Attaqwa "akan menyala lampu al-Qur'an yang dulu pernah hidup dan sekarang meredup" (ujar Beliau dalam sambutan di acara Pembagian Rapor Santri) Ahad, (4/2) di Masjid Jami' Attaqwa.