Guru Attaqwa Putra Mengaji dan Mengkaji
Pendidik dan kependidikan merupakan dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Pendidik (baca : Guru) sebutan yang lumrah dan biasa dipakai di lingkungan Pon-Pes. Attaqwa Putra. Bagi para Santri, ketika menyapa Pendidik biasa menyebut dengan sebutan Guru bukan Bapak atau Ustadz. Bisa disimak "mohon maaf Guru, saya boleh izin tidak?" (permohonan izin yang biasa diucapkan Santri). Pentingnya tugas Guru dalam roda pendidikan di Pon-Pes. Attaqwa Putra, menjadi garda utama pada kegiatan belajar mengajar (KBM) di kelas.
Karena pentingnya peran Guru dalam mendidik Santri. Guru pun mengaji dan mengkaji. Kegiatan ini dinamai Pengajian Bulanan Guru Pondok, dimana semua Guru Pondok baik elemen Guru Tsanawiyah dan Aliyah wajib mengikuti kegiatan pengajian bulanan ini.
Pada hari Sabtu, 27 Agustus 2016 Pengajian Bulanan Guru Pondok kembali dibuka untuk Tahun Pelajaran 2016/2017. Pengajian kali ini, diisi langsung oleh Abuya K.H. Nurul Anwar, Lc selaku Pimpinan Pondok Pesantren Attaqwa Putra. Materi yang Beliau sampaikan menjadi spirit bagi para Guru Pondok dalam mendidik para Santri.
Pesan beliau yang disisipkan pada materi Pengajian Bulanan Guru Pondok. Pentingnya Guru untuk mengetahui arah tujuan dalam mendidik, Beliau berpesan tentang arah tujuan pendidikan "pertama, Ta'lim yaitu mentransfer ilmu kepada anak didik; kedua, Tarbiyah yaitu mempraktikan dan mengamalkan ilmu yang telah diajarkan; ketiga, Ta'dib yaitu membangun shibghoh (caracter bulding) atau etitud".
Beliau menekankan pentingnya laju pendidikan sesuai arah tujuan tersebut. Membangun karakter Santri, karena banyak Santri sekarang yang ketika dipanggil oleh Gurunya, jarang menjawab dengan jawaban yang baik dan bagus, dalam kondisi seperti ini, Guru harus men-ta'dib-kan para Santri dengan mencontoh jawaban nabi Ibrahim "Labaik Allah". Ajarkan anak didik kita, ketika dipanggil, hendaklah menjawab dengan jawaban yang bagus dan baik. Kita pun mendapati anak-anak didik yang masih duduk di bangku sekolah, banyak yang salah kaprah dalam bersalaman mencium tangan Guru. Ada yang mencium tangan Guru dengan gaya dihantarkan ke kening atau jidat, bahkan ada anak didik yang mencium dengan menempelkan tangan Guru ke pipinya. "ini yang membuat kita bingung, jadinya" (ujar Abuya dengan nada bertanya kepada para Guru yang hadir). Padahal mencium tangan Guru hendaknya, mencium dengan menempelkan tangan Guru ke hidung kita "mencium/bersalaman dengan Guru dengan mengambil ibroh dari mencium hajar aswad, dengan hidung" (Abuya menjelaskan).
Begitu pentingnya peran guru dalam mendidik para Santri di Pondok, Abuya pun melanjutkan pesannya yang termaktub dalam kitab Ta'limul Muta'allim tentang dasar tujuan utama pendidikan dalam islam "mencari ridho Allah, bekal untuk di akhirat, memerangi kebodohan, menghidupkan agama, mengekalkan islam, bersyukur atas nikmat akal dan badan".
Pesan inilah yang didapat oleh para Guru Pondok ketika mengikuti pembukaan Pengajian Bulanan Guru Pondok. Penting untuk kita teladani, bahwa walau pun kita seorang Guru, kita mesti terus menimba ilmu, walau pun kita seorang Pendidik, jangan pernah marah ketika dikritik, kita adalah Guru yang digugu dan ditiru. Ada pepatah lama yang kita ingat "jika Guru kencing berdiri, murid kencing berlari". Lejitkan selalu potensi keguruan kita, resapi selalu ranah domain Guru yang ditanamkan oleh muassis Attaqwa untuk menjadi Guru yang Ikhlas, Berdzikir, dan Berfikir. Bravo bagi kita semua yang berprofesi sebagai Guru.